Powered By Blogger

Selasa, 23 Desember 2014

Menjaga Hati

Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (Matius 1:19)

             Salah satu tokoh dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus adalah Yusuf. Dari keempat Injil, hanya Injil Matius yang memberikan deskripsi tentang suami Maria ini, yang di

           Dalam kehidupan masyarakat Yahudi, tahap pertunangan sama pentingnya dengan pernikahan, namun pasangan yang bertunangan belum diperbolehkan melakukan hubungan suami-istri. Ketidaksetiaan semasa pertunangan dianggap zinah dan, jika masyarakat mengetahui, hukuman rajam sudah menanti. Buku Tafsiran Alkitab Masa Kini menyebutkan bahwa ketulusan hati Yusuf mendorongnya melakukan hal yang benar secara hukum, tanpa harus mempermalukan tunangannya. Ia berencana memberikan surat talak kepada Maria di depan dua orang saksi atau “menceraikannya dengan diam-diam” (ay. 19).

             Ketulusan hati Yusuf berlanjut dengan ketaatannya kepada perintah Tuhan. Tanpa banyak kata, ia melaksanakan permintaan Tuhan, yaitu mengambil Maria sebagai istrinya, namun tidak bersetubuh dengannya sampai anak yang dikandungnya lahir. Karena tulus dan taat, Yusuf tidak bersikeras dengan rencananya dan tidak mengutamakan kehendaknya sendiri. Ia juga tidak berhitung untung-rugi saat harus menerima kehadiran anak yang bukan darah dagingnya.

              Sudahkah kita bersikap sebagai pribadi yang tulus hati sekaligus taat kepada-Nya dalam menjalankan peran kehidupan masingmasing? Baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, maupun dalam pelayanan di gereja?

KETULUSAN HATI MENDORONG KITA
UNTUK TAAT DAN MENGUTAMAKAN KEHENDAK TUHAN

"Ingat YESUS Hanya Ketika Natal ???"



Di sebuah gereja yang berada di desa terpencil telah berkumpul seluruh penduduk desa yang menjadi jemaat pada gereja tersebut. Malam itu mereka datang berbondong-bondong ingin merayakan Natal dan melihat drama tentang kelahiran Yesus. Seperti biasanya, drama itu dimulai di akhir acara setelah ibadah Natal selesai. Semua jemaat bersorak-sorai menyanyikan lagu-lagu Natal dan mengikuti ibadah Natal.
Ketika khotbah sudah hampir selesai, para muda-mudi yang akan tampil pada drama tersebut mulai mempersiapkan diri. Seorang pemudi yang akan berperan sebagai Maria tampak panik seperti sedang mencari-cari sesuatu. Setelah ditanya, ternyata boneka Yesus yang akan digendongnya nanti tidak kelihatan. Semua pemain dan panitia menjadi panik karena tidak ada boneka pengganti. Sementara toko penjual boneka sangat jauh dari desa itu dan itu pun belum tentu buka karena hari sudah sangat malam.
Semua orang yang ada di belakang panggung sibuk mencari boneka tersebut, karena tanpa boneka itu drama tersebut menjadi kurang lengkap. Boneka itu harus terlihat oleh para penonton ketika nanti sedang di gendong oleh pemeran Maria dan ketika diletakkan di palungan. Tentu saja mata semua penonton akan terfokus pada boneka itu. Pertunjukan drama pun sempat tertunda lebih dari setengah jam.
Setelah semua ruangan di belakang panggung diperiksa, namun boneka belum juga bisa ditemukan. Sampai suatu waktu seorang panitia teringat akan gudang kecil yang ada di bawah tangga. Gudang itu adalah tempat penyimpanan peralatan dan sisa-sisa bahan untuk dekorasi panggung. Setelah dicari, akhirnya boneka Yesus pun ditemukan dibawah tumpukan kardus. Semua pemain dan panitia merasa senang karena boneka Yesus itu sudah ditemukan. Dan pertunjukan drama pun dimulai. Semua penonton mempunyai rasa haru dan penilaian tersendiri tentang drama tersebut. Mereka semua bersukacita setelah menyaksikan pertunjukan drama tersebut.
Ketika acara sudah selesai, semua jemaat yang hadir pun pulang ke rumah mereka masing-masing. Tinggallah hanya pendeta, panitia, dan para pemain drama. Mereka membereskan dan membersihkan lokasi panggung yang telah mereka pergunakan tadi. Semua peralatan disimpan kembali termasuk boneka Yesus yang tadi sempat dicari-cari. Boneka itu kembali dilemparkan kedalam gudang bercampur dengan barang-barang lain dan mungkin akan dipergunakan kembali pada tahun berikutnya jika pentas drama kelahiran Yesus di adakan lagi di gereja tersebut.
Demikian halnya dengan kita, seringkali kita mengingat akan Yesus hanya ketika Natal. Datang ke gereja hanya pada waktu Natal. Memberikan persembahan hanya pada waktu Natal. Bernyanyi dan memuji Tuhan hanya ketika Natal juga. Dan bahkan berdoa pun hanya ketika Natal saja. Setelah Natal berlalu, Yesus pun ikut berlalu dari pikiran kita. Apalagi ketika kehidupan ekonomi kita berkecukupan atau bahkan berkelimpahan, seringkali kita melupakan Yesus.
- Kita lupa bahwa DIA tidak pernah melupakan kita.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan NAFAS kehidupan.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan KESEHATAN.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan PEKERJAAN dan USAHA.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan SUAMI/ISTRI.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan ANAK dan KETURUNAN.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan RUMAH dan MOBIL.
- Kita lupa bahwa DIA yang memberikan semua yang kita miliki.
Sahabat-sahabat yang dikasihi Tuhan, marilah kita tetap mengingat dan mengandalkan YESUS setiap saat. Meskipun hidupmu susah, ingat dan andalkan YESUS. Atau mungkin hidupmu saat ini sedang dalam keadaan berkecukupan, tetap ingat YESUS dan senantiasalah mengucap syukur kepada-NYA. Karena DIA adalah sumber berkat dan kekuatan kita. (SamuelSadusi).
Di saat kita PUNYA MASALAH kita berpikir bahwa TUHAN ITU TIDAK ADIL. Tapi di saat kita SUKSES, seringkali kita LUPA dan TIDAK PERNAH MENYADARI keberadaan TUHAN.

Selamat merenungi makna Natal, Tuhan Beserta Kita.


Kamis, 16 Januari 2014

Pendeta & Petani

Pada suatu Minggu, seorang petani pergi ke gereja. Ketika si petani masuk, ternyata tidak ada jemaat yang lain. Di ruangan itu hanya ada dia dan seorang pendeta. Pendeta tersebut bertanya kepada si petani, "Apakah ibadah mau tetap berlangsung atau diliburkan saja?" Petani tersebut menjawab, "Saya bukan orang yang pintar, tetapi kalau saya pergi untuk memberi makan kambing-kambing saya, dan hanya ada satu kambing, saya tetap memberinya makan."
Pendeta pun bersemangat memulai ibadah.
Satu jam, dua jam berlalu, dan akhirnya setelah dua setengah jam, pendeta tersebut mengakhiri khotbahnya. Selesai ibadah, pendeta itu bertanya kepada si petani mengenai kesannya atas ibadah tadi. 

Petani itu menjawab dengan perlahan....

"Saya bukan orang pandai, tapi jika saya mau memberi makan kambing saya dan hanya ada satu kambing, saya tidak akan menyuruhnya menghabiskan seluruh rumput di lapangan."

[Sumber diambil dan disunting dari: http://www.christian-jokes.org/joke1.html]

Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan.
(Yehezkiel 34:12)

Kamis, 09 Januari 2014

Paduan Suara GKI Tubagus Angke
 Selamat Natal 2013 
&
Tahun Baru 2014

Terima Kasih atas Pelayanan Bpk/Ibu/Sdr/i
 
Panitia H2BG 2013-2014
 "Kiranya Tuhan Yesus Senantiasa Memberkati Pelayanan Kita Bersama"
Remaja - Pemuda

Remaja - Pemuda

Renungan



                                          “ Menjadi Teladan”                  Ulangan 6: 4-9


“ ... Haruslah  engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu ...”
(Ul. 6 : 7)


       “Banyak orang tua punya pendapat keliru bahwa anak-anak akan mengikuti perkataan orang tua dan bukan mengikuti perbuatan mereka. Padahal, tidak demikian kenyataannya. Anak-anak lebih banyak “belajar “ dari meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jadi, hanya ada satu jalan efektif untuk mendidik anak secara sempurna, yaitu dengan memberi teladan.
       Hanya sekitar satu jam setiap minggu. Anak-anak akan menerima sedikit siraman rohani di Sekolah Minggu.  Sepanjang hari mereka berada dalam lingkungan orang tua. Nah, bayangkan apa yang terjadi ketika mereka berada dalam satu mobil menyaksikan orang tua mereka seenaknya melanggar peraturan lalu lintas, lampu merah diterobos. Mereka melihat betapa “pintar ” orang tua mereka memanipulasi meteran PLN atau PAM. Mereka juga terlatih untuk menjadi penggosip karena terbiasa mendengar orang tua mereka berbicara hal-hal pribadi dan gosip.
       Tuhan menghendaki orang tua berperan dalam mendidik anak. Tidak cukup hanya menyerahkannya ke gereja seminggu sekali atau disekolahkan di sekolah Kristen. Perintah Tuhan dalam ulangan 6:4-9 jelas, yaitu setiap orang tua mengambil peran yang sebesar-besarnya untuk pertumbuhan karakter iman anak-anaknya dengan mengajarkan  berulang-ulang di dalam maupun diluar rumah. Ini artinya tidak ada waktu jeda, dalam kata dan perbuatan, orang tua harus menjadi teladan. Sudahkah kita melakukannya?